Jumat, 06 Mei 2011

Seekor Keledai, Seorang Anak dan Ayahnya : Sebuah Kisah


Hidup ini adalah pilihan, katanya sih... Terkadang kita harus memilih salah satu dari sekian banyak alternatif hal dalam hidup ini. Banyak
faktor yang mesti dipertimbangkan dalam mengambil suatu keputusan. Salah satunya adalah pandangan orang lain terhadap keputusan yang kita ambil. Benar atau salah, setuju atau tidak, dan sebagainya. Umumnya dalam memilih kita menginginkan agar semua pihak merasa senang, setuju atau mendukung keputusan kita. Sayangnya, banyaknya alternatif pilihan dalam hidup ini seirama dengan banyaknya kemungkinan pandangan orang lain terhadap keputusan yang kita ambil. Jikalau begitu adanya, maka pertanyaannya sekarang adalah : jalan yang mana yang harus kita tempuh ? Apakah mereka semua dapat menerimanya, ataukah malah tidak menyukainya? Kita tentu mengharapkan ridho dari semua. Tapi mungkinkah hal ini selalu kita dapati?
:: Kisah Seekor Keledai, Seorang Anak dan Ayahnya

Alkisah di negeri antah berantah di masa yang lalu, ada 2 orang manusia yaitu seorang anak beserta ayahnya sedang berjalan bersama seekor keledai. Bapak itu berjalan menuntun keledai yang dinaiki oleh anaknya. Perjalanan mereka berdua sangatlah jauh sehingga harus melalui beberapa desa di sepanjang perjalanannya. Pada saat memasuki desa A mereka bertemu dengan beberapa orang yang langsung memperbincangkan mereka. Orang-orang itu berkata, "Wah, dasar anak durhaka. Membiarkan orang tuanya berjalan kaki sementara ia enak-enakan menunggang keledai". Mendengar perkataan orang-orang tersebut si anak berkata kepada ayahnya agar ayahnya saja yang menunggang keledai dan ia berjalan kaki. Beberapa lama kemudian tibalah mereka di desa B dan kembali bertemu dengan beberapa orang penghuninya. Begitu lewat di depan orang-orang desa itu kembali terdengar pembicaraan yang dialamatkan kepada mereka. "Bapak yang tak tau diri. Masak membiarkan anaknya berjalan sementara ia enak-enakan naik di atas keledai". Mendengar omongan itu si ayah kemudian menyuruh anaknya untuk ikut naik ke atas keledai, sehingga mereka semua naik menunggangi keledai tersebut. Selang beberapa waktu kemudian sampailah mereka ke desa C dan kembali bertemu dengan orang-orang yang masih juga membicarakan mereka. Orang-orang desa itu berkata "Dasar anak dan bapak yang tidak tahu rasa kasihan. Keledai lemah seperti itu ditunggangi mereka berdua. Sungguh terlalu" umpat beberapa orang desa tersebut. Mendengar perkataan itu akhirnya si ayah mengajak anaknya turun dari keledai dan mereka berdua berjalan kaki menuntun keledai itu. Ketika mereka tiba di desa D dan bertemu dengan beberapa orang penghuninya, kembali mereka mendengar perkataan yang bernada menyalahkan mereka lagi. "Bodoh sekali mereka berdua itu. Punya keledai tetapi tak ditunggangi tetapi berjalan kaki". Akhirnya karena kesal dengan segala macam pembicaraan orang-orang desa yang telah dilalui, mereka berdua melepaskan keledai itu dan memilih berjalan kaki saja menuju tempat yang mereka tuju. Tentu, pada akhirnya merugilah mereka berdua dengan keputusannya itu.

:: Nilai-nilai

Dari sepenggal ilustrasi kisah di atas kita digambarkan betapa tidak mudah untuk mengambil suatu keputusan yang menyenangkan hati setiap orang. Selalu ada yang salah dengan apapun keputusan yang diambil seperti bapak serta anaknya itu. Ternyata sulit untuk menggapai ridho setiap manusia. Tak mudah mengharapkan persetujuan dan keikhlasan dari semua orang terhadap pilihan yang mereka ambil.

Demikian pula halnya dengan kehidupan kita yang dipenuhi dengan banyak pilihan ini. Terkadang sulit bagi kita untuk menyenangkan dan mendapat keridhoan dari semua pihak atas jalan atau suatu hal yang menjadi pilihan kita. Apakah karena hal itu akhirnya kita harus mengambil sikap untuk tidak memilih? Tentu tidak jawabannya. Kita akan merugi seperti kisah bapak dan anaknya yang akhirnya kehilangan keledai. Kita mungkin memang sulit mengharapkan ridho dari semua orang. Tapi kita memiliki hati nurani pikiran dan tuntunan iman yang dapat membawa kita pada suatu keyakinan bahwa jalan yang kita pilih adalah benar. Teguhkanlah hati kita pada jalan atau hal yang kita pilih itu, kemudian berharaplah ridho hanya pada Allah SWT (tentunya juga ridho orang tua). Insya Allah hati kita menjadi lebih tentram, ringan dalam menjalaninya karena yakin dengan pilihan kita dan ridho Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Masih juga ada juga suara-suara sumbang??? Biarkan saja orang bicara..... :)

Wassalam
AAngAdhA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar