Senin, 02 Mei 2011

"First Drive" Singa Mungil dan Centil Peugeot 206


Membaca judul di atas mungkin sebagian dari anda akan merasa heran, sebab biasanya istilah first drive digunakan untuk mencoba
kendaraan yang baru. Hehehe... tapi memang begitulah yang saya lakukan terhadap sebuah mobil mungil berjudul Peugeot 206 tahun kelahiran 2002.
Ya, kakak ipar saya (Kak Hen) membelikan sebuah transporter kota bagi istri tercintanya untuk memudahkan antar jemput anak-anak sekolah sekaligus melancarkan hoby jalan-jalan Gusti (panggilan keluarga untuk kakak tertua di keluarga kami, ulun lappung)... ;). Toyota Rush yang ada dipergunakan Kak Hen untuk mobilitasnya bekerja di sebuah perusahaan Telekomunikasi terbesar di Indonesia (bahkan anak perusahaannya telah menjadi yang terbesar no-7 di dunia) yang berlokasi di Jakarta. Gusti saya kebetulan juga agak-agak sibuk dengan urusan bisnis kecil-kecilannya ; dagang on-line segala macam hal yang berhubungan dengan kain-kainan, seperti kerudung, baju muslimah, bed cover dan lainnya yang berhubungan dengan kain. Tentunya tidak termasuk kain kafan ya ? syereeem.... :). Semoga cepat berkembang dan punya pabrik sendiri deeh...

:: Mengapa Pilih 'Singa'?

Kembali lagi ke laptop, eh, judul semula. Peugeot 206 yang akhirnya dipilih untuk menjadi penghuni berikutnya di garasi rumah kawasan Perumahan Bumi Sari Wangi Bandung itu disebabkan oleh beberapa faktor.
Yang pertama, kondisi kendaraan berwarna hijau itu sangat mulus dan orisinil. Ini berarti pemilik sebelumnya bukan koboi atau pereli yang menggunakan kendaraannya setega-tega hatinya sehingga menimbulkan luka yang terkadang mendalam di bodi mobil. Kondisi mesin yang sangat terawat, ini dibuktikan dengan buku service yang dikeluarkan Peugeot Bandung. Kondisi interior yang masih sangat baik. Tidak ada baret sedikitpun di dasbor atau bagian lain interior kendaraan. Bahkan bahan kain fabric yang membungkus jok masih dalam kondisi yang prima dengan kualitas material di atas pabrikan Jepang lainnya untuk kelas yang sama (kelas 1400-1500 cc). Hanya kondisinya yang sedikit kotor (mungkin jarang nyalon ni mobil). Hal ini mungkin disebabkan karena singa mungil ini jarang mengaum di jalanan kota Bandung, terbukti dari petunjuk di Odometer yang menunjukkan angka 68.000 km. Jarak yang sangat rendah apabila dilihat dari tahun produksinya yaitu 2002. Kadang jarak yang tertera di Odometer bisa dimanipulasi oleh pedagang. Tapi mengingat mobil ini dibeli dari tangan pertama dan dikuatkan pula oleh buku service, kondisi interior- eksterior yang baik, mesin yang bersih dan 'kering', maka jarak yang tertera di odometer tersebut
adalah asli (tips dari mantan pedagang, hehehe).Tapi, ups alangkah kagetnya saya ketika melihat kondisi ban yang begitu menyedihkan (tapi tidak sampai menangis lho). Kode produksi di salah satu ban adalah 3601 (ban yang lainnya tidak jauh-jauh dari kode itu). Itu berarti ban mobil ini diproduksi pada minggu ke-36 tahun 2001, yang berati nyaris berumur 10 tahun! Wow, unbelievable... Umumnya usia ban kendaraan -bahkan dalam kondisi tidak terpakai- adalah maksimal 4 tahun sejak diproduksi -disebabkan sifat karet yang menjadi getas karena usia- yang artinya ban singa ini mesti sudah pensiun sejak tahun 2006 yang lalu. Hmmm..... Untung merknya Michelin dan buatan Jerman pula jadi masih bisa dipake ngegelinding sampe tahun ini, meski kondisinya sudah 'babak belur', retak dan sudah getas (mesti cepat diganti neh...). Tapi sekali lagi, ban ini juga menjadi petunjuk bahwa mobil ini belum pernah ganti ban sama sekali. Pertanda singa mungil ini masih orisinil (bahkan termasuk bannya!) dan petunjuk Kilometer yang ditempuhnya enggak bohong.
Faktor kedua adalah harga. Hehehe.... Rupanya sang suami belum rela mengeluarkan uang lebih besar untuk membeli kendaraan baru yang kinyis-kinyis dari show room. Mungkin karena khawatir sang istri tercinta jalan-jalan sampai lupa daratan (emang terbang? ) dan gak inget jalan pulang kalau diberi mobil baru. Atauuu, bahkan dijual untuk nambah modal usaha... hehehe... Gak segitunya kaleee.....

:: Tes Jalan

Kunci kontak diputar dan seketika mesin menyala dengan halus. Pintu dan kaca ditutup rapat. Suara yang terdengar dari dalam cukup minim. Berarti peredam di mobil ini memiliki kualitas cukup baik, bila dibandingkan dengan kompetitor lain di kelas city car ini. Perlahan kopling diinjak. Yah, rasa khas Eropa memang masih terasa. Injakan kopling 206 ini terasa sedikit lebih keras daripada sedan produksi Jepang, walaupun belum sampai taraf yang mengganggu, apalagi bikin betis berotot seperti fitness mania... Okelah kalau begitu kita jalankan saja si singa centil ini. Pandangan yang luas ke depan memudahkan pengemudi (bahkan wanita sekalipun) membuat pengemudian mobil ini cukup mudah untuk mengarungi kemacetan kota Bandung yang semakin memprihatinkan. Bantingan yang ditimbulkan lebih empuk dibanding produk Jepang sejenis (ingat, ini Europe punya kang!). Cukup menyamankan pengemudi dan penumpang. Tarikan awal mobil ini termasuk biasa saja. Tidak galak, juga tidak lamban (seperti salah satu pemimpin negeri ini). Hanya pada putaran atas dan di gigi yang lebih tinggi, yang berarti kecepatan mobil sudah cukup tinggi, pertambahan kecepatan kendaraan terasa agak berat. Hal ini mungkin karena volume silinder yang hanya 1400 cc. Tak masalah... Bukankah singa imut ini lebih banyak 'bermain' di dalam kota yang sangat jarang mencapai kecepatan 120 km/jam bukan ? Setelah keliling-keliling Bandung (karena sempat nyasar juga, hehehe...) sekilas
dapat dirasakan bahwa konsumsi mobil ini sangat irit. Apalagi bila dibandingkan dengan Japanese car kesayangan saya Mitsubishi Galant silver 2500 cc yang sanggup berlari hingga lebih dari 210 km/jam... :). Transporter ini menggunakan power window di pintu depan dan power hand di pintu belakang alias masih menggunakan tuas putar. No problem, toh kaca belakang jarang dibuka. Begitu juga dengan spion yang masih manual, belum menggunakan tombol yang tinggal pencet-pencet. AC juga terasa dingin, menandakan kapasitas kompresor sesuai dengan ruangan yang ada. Hanya yang memang terkadang bikin 'malu' adalah letak tuas sen yang berada di kiri. Bagi yang terbiasa mengemudikan sedan Jepang tentu pertama-tama sering salah. Maksud hati mau 'ngesen', gak taunya wiper yang jalan. Tak ada angin, tak ada hujan wiper aktif sendiri. Memalukan... Kan jadi katahuan pakai mobil pinjaman, hehehe.....

:: Konklusi

Dari first drive tersebut saya merasa bahwa singa imut yang bernama Peugeot 206 ini sangat layak dijadikan transporter bagi mereka-mereka yang menginginkan kendaraan seken yang nyaman, irit dan berpenampilan cukup mewah. Tentunya kondisi kendaraan yang hendak dibeli dalam kondisi yang sangat terawat dan prima. Apalagi dengan jarak tempuh yang rendah. Peugeot 206, the little lion king, worth it... Setidaknya itulah sekelumit pengalaman dan pandangan saya yang awam tentang otomotif.
Ssst denger-denger kalau ada peminat, tu mobil bisa aja dinego... Kali mau nyari singa yang lebih gede ya ? Wallahualam... :)

3 komentar:

  1. hidup singa perancis :)...
    gue pake yg 306 bro. matic. khas eropa: nyaman, senyap, boros2 dikit, parts mahal he3x... tapi overall puaslah karena seperti motonya: engineered to be enjoyed...

    BalasHapus
  2. Yup, bener bro... Sedan eropa emang nyaman dibandingin sedan Jepang untuk kelas yang sama... Kenapa ya, Jepang 'pelit' banget untuk ngasih kenyamanan, terurama di sektor 'kaki'kaki'? :)

    BalasHapus
  3. doain smoga bsa beli,dri pertama liat mbil ini,sdikit tercengang,knapa bsa menang wrc yah?

    BalasHapus