Selayang Pandang
Gunung Sugih beberapa dekade yang lalu belumlah seperti sekarang ini. Dimana pada saat itu ibukota Lampung Tengah masih berada di
Metro. Sejak tahun 2000 Lampung Tengah (yang dulu) dimekarkan menjadi 3 daerah setingkat kabupaten/kota ; Lampung Tengah dengan ibukota Gunung Sugih, Lampung Timur beribukota Sukadana dan Kotamadya Metro. Pada masa itu Gunung Sugih hanyalah sebuah ibukota kecamatan yang cukup terkenal di seantero Lampung bahkan sampai ke ranah Jawa (saya tahu karena cukup lama tinggal di Serang Jawa Barat -sekarang Banten-). Sayangnya lebih banyak dikenal karena konotasinya yang negatif. Begitu mendengar daerah asal saya, banyak sekali yang langsung berkomentar atau memberi testimonial tentang hal-hal yang cukup 'mengerikan' bagi sebagian orang. Antara lain tentang 'keangkeran' Prapatan Gunung Sugih, kenakalan anak-anak GS (kependekan dari Gunung Sugih), serta kenekadan dan kepercayaan diri yang kadang berlebihan dari orang-orang (terutama pemuda) Gunung Sugih.Wiiiiiyyy segitunyakah...? :)
Metro. Sejak tahun 2000 Lampung Tengah (yang dulu) dimekarkan menjadi 3 daerah setingkat kabupaten/kota ; Lampung Tengah dengan ibukota Gunung Sugih, Lampung Timur beribukota Sukadana dan Kotamadya Metro. Pada masa itu Gunung Sugih hanyalah sebuah ibukota kecamatan yang cukup terkenal di seantero Lampung bahkan sampai ke ranah Jawa (saya tahu karena cukup lama tinggal di Serang Jawa Barat -sekarang Banten-). Sayangnya lebih banyak dikenal karena konotasinya yang negatif. Begitu mendengar daerah asal saya, banyak sekali yang langsung berkomentar atau memberi testimonial tentang hal-hal yang cukup 'mengerikan' bagi sebagian orang. Antara lain tentang 'keangkeran' Prapatan Gunung Sugih, kenakalan anak-anak GS (kependekan dari Gunung Sugih), serta kenekadan dan kepercayaan diri yang kadang berlebihan dari orang-orang (terutama pemuda) Gunung Sugih.Wiiiiiyyy segitunyakah...? :)
Sebenarnya stigma seperti itu tidaklah selalu benar, karena yang dinamakan wilayah Gunung Sugih sebenarnya teramat luas, ia merupakan nama sebuah kecamatan, yang meliputi beberapa kampung antara lain Komering Putih/Agung, Buyut Ilir/Udik, Seputih Jaya, Terbanggi Agung/Subing, dll. Jadi kemungkinan bahwa banyak sekali pelaku kenakalan remaja itu berasal dari daerah-daerah sekitar -selain Gunung Sugih kampung-, tapi mengatasnamakan Gunung Sugih yang -apa boleh buat- telah memiliki 'nama besar', hehehe.......
Tetapi tak ada pesta yang tak berakhir. Seiring waktu dan perkembangan wawasan yang mulai memasuki wilayah "Texas" itu mampu membawa perubahan dalam cara pandang sebagian besar masyarakatnya. Hal ini juga diikuti dengan tingkat pendidikan yang semakin membaik sejalan dengan perkembangan daerah yang cukup pesat sejak berubah status menjadi Ibukota Lampung Tengah.
Tetapi tak ada pesta yang tak berakhir. Seiring waktu dan perkembangan wawasan yang mulai memasuki wilayah "Texas" itu mampu membawa perubahan dalam cara pandang sebagian besar masyarakatnya. Hal ini juga diikuti dengan tingkat pendidikan yang semakin membaik sejalan dengan perkembangan daerah yang cukup pesat sejak berubah status menjadi Ibukota Lampung Tengah.
Saat ini Gunung Sugih telah menjelma menjadi kota baru yang faktualnya masih berupa desa yang sangat maju (sebagian orang bilang Gunung Sugih itu Kampung sudah lewat, tapi belum jadi Kota). Ya, memang masih serba tanggung. Ibarat manusia, masih kanak-kanak katanya....
Kegiatan pemerintahan memang sudah berjalan di Gunung Sugih, dimana komplek perkantoran berada di sekitar kampung Komering Agung. Kantor Bupati dan DPRD berada di Gunung Sugih, dan kantor dinas PU berada di wilayah Bandar Jaya di Kec. Terbanggi Besar.
Pembangunan infrastuktur sejauh ini memang cukup baik dan dapat dirasakan oleh masyarakat, terutama di sekitar Gunung Sugih. Ini dapat terlihat dari dibangunnya Tugu Kopiah Emas, Tugu Pepadun yang berwujud tangan penari, Patung Pencak Silat dan pelebaran jalan utama yang membelah "kampung Gunung Sugih". Cukup baik memang, tapi seharusnya bisa jauh lebih baik lagi. Perlahan tapi pasti Gunung Sugih yang dulunya sepi, sekarang mulai agak ramai dengan aktifitas masyarakatnya yang mulai menggeliat dan berkembang.
Melihat perkembangan yang cukup menggembirakan ini, saya berpikir dan kadang membandingkan daerah ini dengan bebarapa daerah di dalam maupun di luar negeri yang sempat saya singgahi dan diami. Perbandingan ini dimaksudkan adalah untuk membentuk imajinasi saya tentang sebuah daerah Gunung Sugih masa depan yang nyaman, indah dan manusiawi. Kita semua tahu bahwa masa depan ditentukan mulai dari saat ini. Oleh karena itu saya menitipkan harapan kepada pengelola pemerintahan dan pengambil kebijakan tentang arah dan haluan dari pembangunan Lampung Tengah ini agar benar-benar berpikir dan berusaha demi kemajuan Lampung Tengah di masa sekarang dan masa yang akan datang. Saat ini sudah tidak terlalu sulit lagi untuk kita semua membandingkan satu daerah dengan daerah lainnya (kalau anggota dewan yang terhormat biasa menyebutnya study banding, hehehe.....). Apalagi di jaman Teknologi Informasi yang telah mencapai level yang cukup tinggi ini, dimana dengan internet kelas broadband kita dapat mengetahui keadaan daerah lain beserta informasi-informasi yang sekiranya dibutuhkan, tanpa harus memboroskan anggaran dan menghabiskan uang negara (untuk 'studi banding') yang notabene uang rakyat, yang sebenarnya bisa dialihkan untuk pembangunan infrastruktur yang sangat penting dan kondisinya sangat menyedihkan seperti sekarang ini.
Pada tulisan ini saya deskripsikan sedikit imajinasi tentang pengembangan fisik dan estetika wilayah yang berkenaan dengan kepentingan kenyamanan masyarakat sekaligus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Lampung Tengah cukup memiliki modal sumber daya alam di daerahnya untuk hal tersebut.
:: Tanah Murah
Sebagai daerah otonom yang relatif baru, kabupaten Lampung Tengah masih memiliki lahan yang sangat luas yang masih dapat dikembangkan menuju kota metropolitan yang indah dengan tata kota, akses jalan dan lingkungan yang lebih rapi dan manusiawi untuk dihuni.
Banyak pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari carut-marutnya penataan dan pengelolaan wilayah yang kita semua dapat saksikan sekarang ini. Satu contoh dapat disebutkan adalah Jakarta. Kota terbesar di Indonesia yang beberapa dekade terakhir ini terlihat seperti tidak direncanakan dan 'dibentuk' secara matang dan profesional. Jakarta terlihat hanya sebagai 'kampung besar' yang tumbuh dengan sendirinya tanpa perencanaan arsitekutural dan transportasi yang layak bagi sebuah kota yang layak disebut megapolitan.
Berkaca dari hal ini Lampung Tengah mestinya segera (atau sudah ?) memiliki blue print, grand desain, ingin seperti apa kota Gunung Sugih 10, 20 bahkan 50 atau 100 tahun lagi.
Setelah memiliki itu, maka dapat segera diambil langkah-langkah riil di lapangan untuk mempersiapkan segala sesuatunya, di antaranya penyediaan tanah. Saat ini harga tanah di Lampung Tengah atau di Gunung Sugih dan sekitarnya masih relatif murah. Ini berkaitan dengan kondisi dimana daerah ini adalah otonom baru dan belum terlalu berkembang dan padat.
:: Masih Banyak Lahan Kosong
Di sekitar Gunung Sugih masih tersedia banyak lahan kosong yang cukup luas. Selama ini lahan-lahan tersebut dijadikan tempat berkebun dan bertani bagi sebagian orang. Sebagian lagi masih banyak dibiarkan pemiliknya begitu saja, terlantar tanpa diurus. Gumek cawo ulun lappung...
Kebanyakan lahan-lahan kosong yang luasnya masih relatif besar-besar itu pemiliknya masih memberikan kesempatan kepada Pemda ataupun swasta yang ingin mengambil alih (tentunya dengan ditukar duit ya.....).
:: Kepadatan Penduduk Relatif Rendah
Sebagai daerah yang baru mekar dan berkembang (bungaaaa kaleee...), Lampung Tengah umumnya, Gunung Sugih khususnya masih memiliki kepadatan penduduk yang relatif belum tinggi. Apalagi bagi sebagian pendatang Gunung Sugih dan sekitarnya masih dipandang 'menyeramkan'. Padahal kenyataannya tidaklah demikian.. (Emangnya kuntilanak, serem ?). Gunung Sugih saat ini jauh lebih manusiawi dan friendly... :)
:: Sungai-sungai yang Melewati Gunung Sugih
Ada 3 sungai yang 'membentengi' kota Gunung Sugih, yaitu : Way Seputih, Way Punggur dan Way Tippo. Sungai-sungai ini mengalir ke arah timur menuju Laut Jawa. Dari ketiga sungai ini, Way Seputih adalah yang terlebar dan merupakan aliran utama dari sungai-sungai di sekitarnya.
Dengan berbekal keunggulan komparatif itu, Lampung Tengah hendaknya dapat menciptakan suatu karya tata kota dan wilayah yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Ketersediaan tanah yang relatif masih luas dan murah dapat dimanfaatkan untuk membangun tempat-tempat rekreasi seumpama Tirta Nirwana Songgoriti di Batu Malang Jawa Timur, dimana dibangun taman-taman bermain dilengkapi dengan patung-patung berukuran relatif besar, seperti patung binatang, buah-buahan, tokoh-tokoh karakter fiktif yang berasal dari dalam dan luar negeri dan lain-lain. Dilengkapi juga dengan telaga buatan yang agak luas sebagai sarana bermain "sepeda air" atau sejenisnya. Konsep taman wisata ini menurut hemat saya sangatlah cerdas karena dapat memenuhi kebutuhan rekreasi dari segala usia. Saya pernah kesana dan, wah ! ramai sekali boook.... pengunjungnya :).
Masyarakat sekitarnya memperoleh manfaat ekonomis dan bagi pemerintah dapat menjadi sumber pendapatan baru. Tetapi satu hal yang pasti, masyarakat luas memiliki alternatif tempat wisata yang murah meriah dan tidak terlalu jauh untuk di akses. Lampung Tengah sebenarnya memiliki tempat wisata Tirta Gangga, tetapi akses menuju tempat ini sangat jauh dari Gunung Sugih dan juga infrastruktur ke sana kurang baik, lebih tepat kalau menggunakan kendaraan untuk off road... :)
Di pinggiran Way Seputih dapat dibuat sebagai tempat wisata kuliner, dimana di sisi kanan atau kiri sungai dibangun semacam retaining wall yang di atasnya dibangun pedestrian yang lebar dan tempat wisata kuliner sepanjang sisi sungai yang memiliki pemandangan yang menarik. Ini akan tambah menarik lagi apabila dilengkapi deangan lampu-lampu hias yang menerangi dan menambah indahnya suasana tempat tersebut dimalam hari. Saya membayangkan apabila tempat seperti ini bisa terwujud, alangkah cantiknya pemandangan sepanjang pinggir sungai dengan tempat berjalan kaki yang nyaman dan hiasan lampu-lampu yang memanjakan mata yang melihatnya. Tentunya hal ini akan membangkitkan gairah perekonomian masyarakat dengan munculnya pusat kuliner baru di tepian sungai ini. Hmmm.......
Untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki, sekaligus merangsang minat masyarakat untuk berjalan kaki, sebaiknya semenjak dini pemerinta daerah mulai memikirkan untuk menyediakan pedestrian yang lebar dan nyaman untuk pejalan kaki (mumpung tanah masih murah lho....). Alangkah baiknya apabila pedestrian yang dibangun di Gunung Sugih bahkan di Bandar Jaya memiliki lebar minimal 5 meter, khusus untuk pejalan kaki (pedagang, ojek dan sejenisnya harap minggir). Memang sepertinya hal ini terkesan memboroskan dan terlalu 'aneh' karena masyarakat kita belum terbiasa melihat 'trotoar' yang lebar dan nyaman seperti ini. Tapi dalam jangka panjang pasti akan dapat dirasakan manfaatnya. Kalau anda pernah berkunjung ke Singapore tentu akan merasa nyaman dan betah berjalan di sepanjang Orchard Road yang memiliki pedestrian yang lebar. Kalau belum kesana gih, biar tahu rasa dan nyamannya... hehehe....
Lampung Tengah dapat berbuat banyak untuk hal-hal seperti itu, dan masih banyak hal-hal inovatif lainnya dalam membangun Lampung Tengah yang bervisi masa depan. Tentunya tidak dapat saya tuliskan semua disini karena keterbatasan halaman (ceileeee... emangnya buku ?)..
Demikianlah sekelumit pandangan, pemikiran dan sumbang saran saya yang berdasarkan sedikit pengalaman dan pengetahuan saya. Semoga sempat dibaca oleh pihak-pihak yang berwenang, yang memegang amanah untuk menyejahterakan masyarakat Lampung Tengah sebagai sedikit bahan pertimbangan. Mohon maaf apabila ada kekeliruan..
Wassalam,
AAng AdhA
bang sy orang gunung sugih, lam kenal yah..
BalasHapussemoga makin jaya aja bog ny
Amin..... terimakasih dan salam kenal juga... :)
BalasHapusBudaya, mempertahankan martabat daerah dan bangsa...
BalasHapus